Selayang Pandang Pengindraan Jauh

Pengidraan jauh pertma kali berkembang pada abad ke-18 di kota Paris. Pada saat itu alat yang digunakan untuk memfoto fenomena alam dari udara hanya berupa balon gas. Alat ini yang menjadi sarana transportasi dalam melakukan pengindraan jauh. Namun, tingkat kecelakaannya cukup tinggi dan tidak sedikit peneliti saat itu yang meninggal dunia karena menggunakan sarana transportasi tersebut. Semakin berkembangnya ilmu teknologi permasalahan itu dapat diatasi dengan berbagai macam alat transportasi yang lebih nyaman untuk melakukan pengidraan jauh. Pengindraan jauh merupakan gabungan ilmu dan teknik yang digunakan untuk mengamati fenomena alam tanpa kontak langsung. Pengindraan jauh terdiri dari Remote Sensing dan In-situ Sensing. Remote sensing lebih bersifat global sedangkan In-Situ Sensing lebih bersifat lokal.
Ada beberapa aspek dalam pengindraan jauh diantaranya pemetaan dan penggunaan lahan, hutan dan pertanian, telekomunikasi, lingkungan, hidrologi, pesisir dan laut, perencanaan kawasan urban, pemetaan kerawanan, dan atmosfer. Sedangkan Pencitraan didahului pra pengolahan data: geometri, radiometrik, atmosfer, terrain, fusi. Pendekatan analisis yang digunakan berupa pendekatan klasifikasi numerik(diskret/matematik) dan analisis biogeofisika. Biasanya dapat digunkan kedua analisis tersebut secara simultan. Klasifikasi numerik biasanya berbasis statistika parametrik dan non-parametrik. Sedangkan analisis biogeofisika menekankan pada pengetahuan interaksi gelombang objek, spesifik sensor dan tidak menggunakan DN(Digital Number), tetapi menggunakan format fisik.
Kelebihannya berupa akurat dalam mengukur fenomena, dapat diimplementasikan pada beberapa wilayah dengan kondisi yang serupa. Sedangkan kekurangannya berupa proses rumit dan kurang didukung oleh perangkat lunak. Ada beberapa contoh aplikasi dari biogeofisik diantaranya kelembaban permukaan, partikel berbahaya dalam kolom udara, algal bloom, deteksi infestation. Pra analisis biogeofisik terdiri dari kalibrasi ke format fisik, koreksi iluminasi akibat terrain, koreksi atmosfer, othorektifikasi. Kalibrasi ke format fisik terdiri dari optik dan sar. Koreksi terrain dibutuhkan untuk mengurangi perbedaan kecerahan (iluminasi) akibat variasi terrain. Orthorektifikasi berguna untuk menempatkan posisi obyek pada bidang planimetriknya dan biasanya prosesnya kompleks serta dilakukan didaerah pegunungan, sehingga penyiapan DAM sangatlah penting. Saat ini muncul domain baru pada analisis citra pengindraan jauh yaitu berupa analisis deret waktu. Analisi deret waktu ini biasanya digunakan untuk meramalkan produktivitas padi tahun yang akan datang atau bahkan kekeringan dan banjir dengan menggunakan model arima.

Komentar